Fischer, yang wafat pada usia 64 tahun bulan lalu, mematahkan perlawanan Spassky dalam sebuah pertarungan keras tahun 1972. Ia kemudian menjadi juara dunia, dan sampai sekarang masih menjadi juara dunia catur satu-satunya asal AS.
Langit bersih mengiringi langkah Spassky di antara tumpukan salju di pemakaman. Ia lalu menabur bunga di makam bekas lawannya itu sebelum menutup matanya sejenak saat berdoa.
“Apa yang Anda pikir tentang titik kehidupan berikut baginya,” ujarnya berseloroh pada reporter yang mengikutinya. Ia kemudian menambahkan, “Kita masih akan melihat apa yang akan terjadi berikutnya.”
Fischer mengalahkan Spassky dalam pertandingan ulang tahun 1992 di bekas negara Yugoslavia. Akibatnya ia mendapat sanksi dari pemerintah AS dan status kewarganegaraannya kemudian dicabut.
Ia lalu menjadi seorang warganegara Islandia setelah berkunjung ke negara kepulauan kecil di Atlantik Utara itu tahun 2005.
Bekas anak ajaib ini di sisa umurnya kemudian menghabiskan waktunya bertempur dengan penegak hukum AS. Terutama atas perlakuan negara super power itu padanya sebagai pemain catur.
Meski keturunan Yahudi, Fischer kerap terlibat dalam gerakan anti-Yahudi dan setelah serangan teroris tanggal 11 September 2001 ia menyatakan ingin melihat AS lenyap dari muka bumi.
Spassky beberapa kali dimintai komentarnya tentang bekas rivalnya ini setelah kematian Fischer. Ia mengatakan bekas lawannya itu adalah seorang pria sejati yang bisa dijadikan seorang kawan sejati.
Bekas juara dunia kelahiran Rusia yang kini menetap di Paris ini, berada di Islandia bersama istrinya untuk ikut berpartisipasi dalam pertandingan catur yang didedikasikan mengenang Fischer.
Bicara pada para reporter di Islandia, Minggu, Spassky mengatakan permainan catur kini tidak lagi sama seperti dulu.
“Dalam permainan catur modern, saya termasuk yang pesimis. Sebab, dalam pandangan saya, komputer sudah menjadi pembunuh utama permainan catur klasik.”(TO/SM)
****
****