Kamis, 31 Januari 2008

Aden Kruger (14), Pengajar Dasar-Dasar Catur


Bagi banyak orang membayangkan seorang guru catur adalah mengingat sosok Ben Kingsley dalam film “The Search for Bobby Fischer.”

Mereka barangkali tak pernah bertemu Aden Krueger.

Anak berusia 14 tahun ini masih duduk di kelas 8 Sekolah Menengah Mark Twain. Tapi sudah tiga tahun Krueger menjadi pengajar dasar-dasar bermain catur.

“Mereka bilang saya harus belajar sungguh-sungguh untuk mengajar materi ini,” kata Krueger. “Setelah beberapa kali mengajar, saya jadi yakin mereka benar. Mengajar kelas ini mendorong saya untuk menjadi pecatur yang lebih baik.”

Krueger mengajar di Silver Falls Family YMCA setelah program Kelas Pengayaan Catur dimulai pada 5 Februari. Kelas ini gratis, luas kelasnya sama seperti kelas ping-pong.

“Kami ingin mendukung keahlian rekreatif seumur hidup,” kata Susan Sano, manajer program YMCA. “Bulan Februari ini kami sedang mengajukan tawaran program ini dari peserta program basket sampai kelas renang.”

Krueger sendiri berharap kelas catur yang diadakan tiap Selasa siang makin banyak diminati siswa.

Krueger akan membawa papan catur besar ke kelas, supaya para siswa tahu perbedaan permainan catur kalsik dan langkah semua bidak dan perwira di papan itu.

“Saya senang jika ada yang kembali ke kelas catur, hingga kami bisa mempelajari permainan tingkat lanjut,” kata Krueger yang mendapat jatah sekali seminggu untuk mengajar. “Itu hanya terwujud jika mereka tertarik mendalami,” tambahnya.

Krueger mengenal catur sudah sepanjang usianya. Saat pertama kali berkencan, kedua orangtuanya menghabiskan waktu dengan bermain catur. Namun Krueger baru jatuh cinta pada catur saat berusia 10 tahun.

“Ketika saya berumur 10 tahun seperti ada sesuatu yang menautkan kami,” katanya. “Saya mulai meminta papa dan mama untuk menemani bermain. Tapi kini mereka tak mau lagi meladeni karena permainan saya terlalu bagus buat mereka.”

Lalu Krueger begabung ke sebuah klub catur sambil mengikuti kompetisi lokal di Northwest. Turnamen terbesar yang pernah ia ikuti adalah kompetisi Nasional Pecatur Yunior di Sacramento. Ia berhasil menempati urutan ke 25 setelah bertanding selama tiga hari.

“Setiap dua bulan sekali, kami mencoba mengikutkan dia ke sebuah turnamen,” kata ayahnya, JR Krueger. “Karena kendala biaya, kami hanya mampu memberangkatkan dia ke turnamen di daerah ini saja.”

Maka Krueger kemudian memacu kemampuan dirinya sendiri lewat klub dan mengajar catur di YMCA.

“Anda harus melihat permainan seorang anak yang baru bermur 7 tahun,” kata Krueger. “Dia memang masih muda namun permainannya sangat bagus.” ****



GM Bu Ziangzhi Capai Elo Rating 3022

Pecatur China, Bu Ziangzhi, kini berumur 22 tahun. Ia memperoleh gelar Grand Master (GM)-nya saat berusia 13 tahun, 10 bulan 13 hari. Ia pun menjadi GM termuda sedunia (pada masa itu).

Setelah menempuh 8 babak turnamen 6th Gibtel Chess Festival di Gibraltar, Bu memimpin 7,5 dari hasil maksimal 8.

Turnamen 6th Gibtel Chess Festival berlangsung sejak tanggal 22-31 Januari 208. Turnamen itu digelar di Hotel Caleta, salah satu hotel terbaik di Gibraltar.

Gibraltar, seperti kata pecatur Nigel Short, adalah sebuah lokasi yang memicu cinta sekaligus benci. Itu adalah pulau karang, tempat pangkalan Angkatan Laut Inggris terpenting untuk mengawasi hilir-mudik kapal di Selat Mediterania. Dari pulau ini negara Afrika dapat terlihat lewat mata telanjang. Begitu juga lalu-lalang kapal di Selat Meditterania. Jumlah penduduknya cuma 10.000 jiwa.

Hotel Caleta berada di sebelah timur pulu karang itu. Kota utama berada di sisi lainnya, sehingga para pecatur praktis terisolasi.

Pada partai kedelapan, Bu memukul Victor Bologan lewat manuver kombinasi antara Benteng dan Patih guna mencetak rekor lima kali kemenangan berturut-turut.

Setelah partai kedelapan ia telah bermain dengan tujuh GM dan mecetak point 7,5 dari 8 nilai maksimal. Ia unggul 1,5 poin dari pecatur terdekat. Alhasil elo rating Bu sejauh ini begitu fenomenal: 3022!

Pecatur China ini berada pada peringkat pertama tabel. Ini merupakan bendera merah bagi 7 GM yang rata-rata baru mencetak 5 poin. Apalagi kini hanya tinggal dua partai yang tersisa.

Bu mengenal catur sejak usia enam tahun. Dalam perjalanannya, bakatnya sebagai pecatur mulai terlihat. Buku catur pertama yang ia baca adalah tulisan Bobby Fischer: My 60 Memorable Games.

Pada usia 12 tahun ia menyabet gelar Juara Dunia Catur Di Bawah 14 Tahun. Pada musim semi tahun 1999 Bu mendapat norma GM ketiganya hanya dalam tempo dua bulan. Pada bulan September tahun yang sama, saat berusia 13 tahun, 10 bulan 13 hari ia menyabet gelar sebagai GM termuda dalam sejarah. ***

Senin, 28 Januari 2008

Bila Karl Marx Bermain Catur

Karl Marx adalah salah seorang tokoh pencinta catur. Setelah pengarang buku Das Kapital ini wafat, kawan dekatnya Wilhelm Liebknecht mengambarkan betapa kecewanya Marx setiap kali ia kalah (W. Liebknecht: Karl Marx zum Gedaechtnis).

Di London, saat Karl Marx dan pelarian politik lainnya berkumpul sekitar tahun 1850, Marx mengumumkan telah menemukan sebuah langkah pembukaan catur baru yang membuatnya yakin bisa mengalahkan lawan-lawannya. Marx tidak tengah sesumbar. Ia terbukti terus mengalahkan lawan-lawannya.

Kemenangan Marx itu terus berlangsung sampai Liebknecht berhasil menemukan pertahanan baru dan akhirnya mengalahkan Marx. Marx jelas tak puas. Ia menantang pertandingan ulang pada esok pagi di rumahnya sendiri.

Ketika Liebknecht tiba esok paginya, istri Marx tengah beristirahat dan seorang pembantunya, Lencen, langsung menatapnya dengan sorot mata tak bersahabat. Marx sendiri sudah siap di depan papan catur. Nampaknya sepanjang malam ia telah berlatih dan telah menemukan langkah baru. Marx berhasil menang di babak pertama hingga semangatnya ikut terkerek. Ia lalu menyantap sandwich. Namun pertandingan berikutnya dimenangkan Liebknecht.

Kedua sahabat ini terus bermain hingga tengah malam. Sampai saat pembantu rumah Marx menyela seraya mengatakan pertandingan itu sudah cukup sampai di situ.

Keesokan paginya, pembantu Marx, Lencen, datang ke rumah Liebknecht sambil membawa pesan dari istri Karl Marx. Istri Marx memohon agar ia berhenti mengajak suaminya bermain catur hingga larut malam.

Salah satu permainan Marx yang terekam di buku literatur catur klasik adalah pertemuannya dengan Meyer. Saat itu Karl Marx memegang buah putih. Sekedar catatan, kode notasi ini diambil sesuai aslinya, K= Raja, Q= Ratu, R=Benteng, B=Patih, N= Kuda.

Karl Marx (putih) Vs Meyer (hitam).

1. e2-e4 e7-e5 2. f2-f4 e5xf4 3.Ng1-f3 g7-g5 4. Bf1-c4 g5-g4 5. 0-0. Pada masa itu pembukaan Muzio Gambit sangat terkenal.

5...g4xf3 6. Qd1xf3 Qd8-f6 7. e4-e5 Qf6xe5 8. d2-d3 Bf8-h6 9. Nb1-c3 Ng8-e7 10. Bc1-d2 Nb8-c6 11. Ra1-e1 Qe5-f5. Langkah ini dimainkan pertama kali oleh Kolisch-L. Paulsen, di London, 1861.

12. Nc3-d5 Ke8-d8 13. Bd2-c3. Langkah ini pernah dicoba Chigorin dan terbukti berhasil. 13. Qe2 merupakan langkah yang sebaiknya diambil hitam.

13...Rh8-g8 14. Bc3-f6 Lebih baik jika putih mengambil langkah 14. Rxe7, seperti pertandingan Mackenzie-N.N. di New York tahun 1883.

14...Bh6-g5 15. Bf6xg5 Qf5xg5 16. Nd5xf4 Nc6-e5

Sesudah 16...Nd4 17. Qf2-Ne6 Putih tidak akan memiliki buah yang cukup.

17. Qf3-e4 d7-d6 18. h2-h4 Qg5-g4 Seharusnya 18...Qg7 agar lebih kuat

19. Bc4xf7 Rg8-f8 20. Bf7-h5 Qg4-g7 21. d3-d4 Ne5-c6 22. c2-c3 a7-a5 23. Nf4-e6+ Bc8xe6 24. Rf1xf8+ Qg7xf8 25. Qe4xe6 Ra8-a6 26. Re1-f1 Qf8-g7 27. Bh5- g4 Nc6-b8 28. Rf1-f7 Hitam menyerah.

Terlepas dari kemenangannya, permainan Marx agak tidak materialistik, karena melakukan pengorbanan bidak setelah melakukan pembukaan catur modern.

Permainan Marx memang bukan tanpa kesalahan, tapi Karl Marx tetap mengendalikan permainan dan serangan. (Hans Ree, “NRC-Handelsblad" edisi 1 April 2000). ***

Saat Elmaut Menolak Tawaran Draw Soeharto

Diktaktor yang pernah berkuasa selama 32 tahun, Soeharto (87), akhirnya menyerah pada sang elmaut. Senin (27/1/2008) siang tadi, jasad Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun, Solo.

Selama berpekan-pekan, jendral berbintang lima ini telah mencoba mengulur waktu dengan maut. Bila diibaratkan permainan catur, Soeharto ingin bermain draw (remis) dengan elmaut.

Sejak dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina Pusat awal Januari 2008, Soeharto memang telah menolak mati. Berbagai aspek mistik dan ilmu kanuragan ia kerahkan untuk menahan kematian meski secara klinis ia sebenarnya sudah wafat.

Selama berminggu-minggu jutaan korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia Soeharto, menyaksikan dengan was-was. Ya, otak pembunuhan massal 500.000 – 1.000.000 warga sipil tahun 1965, pembantaian aktivis masjid di Tanjung Priok 1986, hingga penculikan aktivis mahasiswa tahun 1998 ini, mencoba berdamai dengan sakaratul maut.

Sayang, malaikat pencabut nyawa tak bisa disuap. Akhirnya, otak penculikan aktivis mahasiswa tahun 1998 ini menutup mata. Itupun setelah berpekan-pekan rakyat Indonesia menyaksikan dengan rasa iba sekaratnya Soeharto.

Seorang ibu dua anak di kawasan Tebet, Dhini (43), dua pekan lalu menyebut sekaratnya Soeharto merupakan pelajaran bagi yang hidup. Sejak dua pekan lalu Dhini memang sudah mengambil kesimpulan Soeharto secara klinis sudah mati. Namun, penolakannya untuk mati pada elmaut, telah membuat ia sekarat hingga tiga pekan.

Menurut Dhini, pesan Tuhan melalui malaikat maut untuk mempertontonkan sekaratnya Soeharto ke rakyat Indonesia hingga tiga pekan lebih, amat jelas dan terang benderang. Dengan membuat Soeharto tersiksa selama tiga pekan, ini merupakan momentum bagi Tuhan untuk memperingatkan manusia Indonesia agar berhenti korupsi dan berhenti menindas.

Ibarat permainan catur, Soeharto memang sudah mencoba meminta draw dengan elmaut. Sayang, tawaran itu ditolak.

Setelah mempermalukan dan menyiksa Soeharto melalui permainan panjang, sang elmaut melancarkan jurus pamungkasnya: skak mat!

Dan, Soeharto pun menyerah….

***

Minggu, 27 Januari 2008

Polgar: Catur Alat Pendidikan Yang Indah

Pada abad ini, ketika para pebisnis menghabiskan uang jutaan dolar untuk membuat permainan video terbaru, permainan catur di papan sederhana masih tetap bertahan.

Catur merupakan permainan ketangkasan tertua di dunia, kini catur lebih populer dari masa sebelumnya, khususnya bagi generasi yang lebih muda.

Untuk membuktikan hal itu, Sekolah Catur Yury Shulman Barrington baru-baru ini menjadi tuan rumah yang mempertemukan pecatur anak-anak dengan tiga Grand Master (GM) catur dari pelosok dunia.

Hampir 60 pemain --separuh lebih adalah anak-anak-- berhadapan dengan tiga GM dunia: Shulman, Alexander Onischuk dan Susan Polgar.



“Kalian beruntung jika bertemu satu GM. Dan di sini kalian bertemu dengan tiga orang GM sekaligus,” kata Polgar. “Maka ini merupakan pertemuan yang amat khusus.”

Grand Master, sebuah gelar yang dipegang seumur hidup, memang merupakan impian setiap pecatur.

Kiran Frey, seorang panitia penyelenggara mengemukakan ia melihat minat pada permainan catur di kalangan anak-anak kini semakin meningkat dibanding masa sebelumnya.

“Ini merupakan pencapaian dari sebuah upaya panjang dan tak kenal lelah,” ucap wanita ini.

Ia mulai terlibat dalam dunia catur saat anak lelakinya, Rishi Sethi, mulai menyukai permainan itu saat duduk di sekolah dasar pada tahun 1998.

Pada awalnya, Rishi merupakan satu-satunya anak yang mengikuti ekstra kurikuler catur di sekolah dasarnya.

Setelah Frey berbicara pada kepala sekolah, sebuah klub catur didirikan di sekolah itu. Klub itu merupakan klub catur pertama yang berdiri di Wilayah Unit Barrington Distrik 220. Kini, mklub catur sejenis sudah ada di 11 sekolah distrik tersebut.

“Ini seperti benar-benar mimpi yang menjadi sebuah kenyataan. Sebuah keajaiban saat melihat klub-klub catur itu bertumbuhan,” kata Frey terharu.

Sevan Muradian, Ketua Asosiasi Catur Amerika Utara juga mengakui lonjakan peminat catur di kalangan anak-anak saat ini.

“Sekarang semakin banyak program ekstra kurikuler catur sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah,“ kata Muridian. “Hal ini tentu saja amat baik buat kreativitas anak-anak.”

Selain senang melihat anak-anak bergembira, Muradian mengatakan ada alasan lain mengapa para orang tua membiarkan anak-anaknya bermain catur.

“Saya pikir para orang tua sudah mendapat manfaat positif dari permainan catur dalam merangsang pertumbuhan mental anak-anak,” katanya. “Anak-anak mereka mulai menggunakan cara berpikir analisis dan kritis yang biasa mereka lakukan saat bermain,” lanjutnya.

Salah satu orang tua siswa, Edward McDougal, mengakui catur memiliki pengaruh positif buat pertumbuhan anaknya yang sekarang baru berusia 7 tahun.

“Saya melihat anak saya menjadi lebih kritis dan lebih displin untuk menyelesaikan PR mereka,” kata McDougal.

Anaknya Eddie, merupakan satu dari empat anak yang memperoleh gelar Raja dan Ratu catur sekolah di daerah Glenview. Eddie juga berhasil menyabet gelar juara pertama dalam turnamen tahunan National Youth Action Chess yang digelar di St. Louis, November lalu.

“Kemenangan itu membuat kepercayaan dirinya bertambah. Ia mulai sadar bahwa kerja kerasnya akan berbuah manis,” lanjut McDoudgal.

Polgar, juara dunia wanita empat kali dan pengajar catur di Texas Tech University, telah banyak bepergian ke sejumlah negara dan menyatakan senang melihat semakin banyak anak-anak bermain catur.

“Catur merupakan salah satu alat pendidikan yang indah,” kata Polgar. ***

Kamis, 24 Januari 2008

Catur Sebagai Permainan Strategi


Olahraga catur lebih dari sebuah permainan adu strategi ketimbang sekedar rekreasi dan kompetisi, kata Wolfe Jantz, pendiri Klub Catur di Lembah Antelope.

“Ada banyak hal yang anda bisa pelajari mengenai kehidupan –kapan bergerak agresif dan kapan tidak, kapan harus berani mengambil resiko dan kapan harus memberi,” kata Jantz, seorang insinyur untuk Dinas Pemadam Kebakaran Los Angeles.

“Terkadang anda merasa begitu kuat sehingga sadar bahwa untuk mewujudkan keinginan terkadang anda harus mundur terlebih dahulu,” tambahnya.

Pria yang kini berusia 44 tahun ini sudah bermain catur sejak usia muda. “Abang dan saya sering bermain catur saat kami tumbuh bersama. Saya sungguh mengemari permainan itu.”

Saya menyukai strategi. Saya belajar untuk melihat beberapa langkah ke depan dan secara strategis untuk mendapatkan keputusan paling baik,” kata Jantz. “Ini juga mengajarkan anda untuk bersikap rendah hati. Faktanya selalu ada pemain yang lebih hebat dari anda,” paparnya.

Ia mendirikan klub catur tahun 2006 saat cuti panjang akibat punggungnya cedera parah dalam pekerjaanya. “Saat itu saya mulai biasa bermain catur secara online,” kata Jantz. Ia juga sering bermain catur di Starbucks.

“Saya rasa amat menyenangkan jika menyaksikan orang-orang bertemu dan bermain catur di sebuah tempat. Maka saya membangun sebuah tempat untuk itu di Starbucks. Saya kemudian memasang iklan dan mulai menelpon orang-orang,” lanjutnya.

Dengan cara itu, klub catur yang dirintisnya mulai ramai. Hanya melalui kabar dari mulut ke mulut tempat kemudian segera populer sebagai ajang berkumpul bagi komunitas catur.

Setiap hari Rabu sejak pukul 18.00 – 22.00 para anggota bersua setelah menghabiskan waktu di tempat kerja masing-masing. Mereka berkumpul untuk bergaul serta mengakhiri hari dengan cara mencoba mengukir kemenangan dalam sebuah permainan yang mereka cintai.

Para pensiunan, pekerja profesional tingkat menengah dan anak-anak muda berbakat umumnya membawa papan catur masing-masing. Kemudian mereka saling menguji taktik dan strategi mereka dengan lawan masing-masing.

Vern Stiles, penduduk Lancaster yang kini berusia 71 tahun, menggemari permainan catur itu yang diadakan sekali seminggu itu. “Saya seorang kakek yang memperbolehkan permainan catur di kedai kopi saya sebelum saya menikah.”

Menurut Stiles, kegiatan itu amat bermanfaat baginya. Ia mengaku tak pernah merasa setenang itu, karena bisa berdekatan dengan para master catur.

Klub catur itu memang terbuka bagi para master dan ahli strategi catur. Banyak anggota membawa papan karton yang bisa dilipat, serta membawa jam penunjuk waktu.

Menurut Stiles, ada tiga tahap klasik dalam permainan catur: pembukaan --tahap paling mencemaskan bagi pemain untuk menjebak lawan-- tahap pengembangan dan tahap akhir.

“Di sini semua orang bisa mengembangkan gaya permainan individualnya,” kata Stiles yang mengaku menyukai permainan liar dan penuh resiko. Terkadang ia menyebut gaya permainannya sebagai “catur yang buruk.”

Sebagian pemain lagi lebih menyukai permainan sabar –mereka mengalahkan lawannya, setahap demi setahap. Beberapa pemain lainnya lebih menyukai gaya penyelesaian secepatnya.

“Gaya kesukaaan saya adalah melakukan pengorbanan. Ini saya lakukan sebelum lawan sempat mengkonsolidasi dan membangun buah-buah caturnya,” ujarnya.

Selasa, 22 Januari 2008

Mengenang Duel Fischer-Spassky


Saya masih mengenang petarungan perebutan gelar juara dunia catur antara Fischer-Spassky di Reyjavik, Iceland, paling tidak karena dua alasan. Alasan pertama pada masa itu saya baru mulai belajar bermain catur.

Ayah mengajak saya bermain catur sejak saya masih kanak-kanak, untuk melupakan tempat kontrakan kumuh yang kami sewa. Saya langsung menyukai permainan ini.

Beberapa waktu kemudian, saya mulai bisa menghargai keindahan permainan ini dengan mengikuti permainan dua maestro catur tingkat dunia itu di majalah Now tahun 1972 saat saya masih duduk di sekolah menengah.

Salah seorang guru yang kelak menjadi sahabat karib saya, Wawel Osorio, mulai mengajar saya bermain catur lebih saintifik. Dan di pojok kantin sekolah kami biasa bermain sambil bertaruh segelas kopi bagi yang menang.

Osorio kerap mengatakan bahwa saya bisa cepat maju dalam permainan catur jika saya mau sedikit berkorban dan menderita. Maka saya berupaya terus belajar dengan cepat. Dan, saya merasa bangga karena akhirnya saya mendapat segelas kopi hangat setelah berhasil mengalahkannya.

Saya lalu mulai membeli buku-buku catur. Termasuk buku-buku yang ditulis Grand Master Filipina pertama, Eugene Tore. Buku-buku catur Tore sudah seperti buku suci. Dengan berjalannya waktu, saya tak lagi dianggap anak ingusan dan mulai diterima di komunitas catur.

Saya juga mengikuti pertandingan antara Fischer-Spassky sama bergairahnya seperti saat saya menonton pertandingan tinju antara Ali-Foreman setahun sebelumnya. Dalam dua peristiwa itu, saya terkesan dengan kemenangan dramatis dari dua orang tokoh olahraga yang menjadi idola hidup saya. Saya jadi teringat kata-kata seorang pecatur dunia: “Hanya ada dua jenis olahraga: catur, dan olahraga lainnya.”

Menonton drama pertandingan Fischer-Spassky sama lamanya seperti halnya menunggu lumut tumbuh di atas bebatuan. Namun Fischer merupakan seorang Mozart catur, seperti halnya Ali seorang Mozart dalam tinju.

Dalam pertandingan itu Fischer tampil brilian dan karismatik. Ia memang seorang anak ajaib yang bisa mengalahkan siapa pun, baik di Amerika Serikat maupun pecatur hebat lainnya di seantero dunia. Raja catur tanpa elu-eluan publik itu berhasil menjotos aparat politik Sovyet atas kemenangannya atas Spassky. Persis di depan publik dunia.

Perebutan juara dunia catur itu berlangsung di Reykyavik sejak bulan Juli hingga September 1972. Pertandingan ini merupakan pertandingan catur yang paling banyak menyedot perhatian publik dunia. Secara khusus, pertandingan itu memang tak semata pertandingan catur. Namun juga mewakili dua kutub yang tengah berseteru hebat dalam era Perang Dingin.

Pertandingan itu karenanya seperti sebuah arena tanding antara kepercayaan pada manusia sebagai individu dan manusia sebagai sebuah kumpulan massa, pertarungan antara manusia melawan mesin, calon juara yang tidak diunggulkan dan juara tetap yang dipuja-puja.

Tak ada yang membantah dominasi Sovyet dalam catur pada masa itu. Selama 35 tahun, pecatur Sovyet memang selalu mendominasi juara dunia catur.

Pertarungan itu sendiri berlangsung hingga nyaris tiga bulan, dan inilah alasan kedua mengapa saya mengenang betul pertandingan itu. Tak seperti era sekarang, dulu tak ada internet yang membuat orang bisa memperoleh hasil pertandingan secara instan. Anda hanya bisa mendapat informasi atas pertarungan dua maestro catur itu melalui media cetak. Ini menjadi masalah karena di negara saya banjir justru terjadi selama bulan Juli-Agustus, sehingga banyak koran tak sampai ke pelanggan karena dihanyutkan banjir.

Maka saya terpaksa berlangganan majalah Now untuk mengikuti tahap-tahap pertandingan tersebut. Selama itu hanya satu edisi yang tak sampai ke rumah karena mobil pengangkut terjeblos ke sungai.

Fischer akhirnya mengalahkan Spassky dan menjadi juara dunia catur yang baru. Namun itu hanyalah permulaan dan bukan akhir. Gelora saya pada permainan catur makin membara setelah menyaksikan pertandingan dramatis tersebut.

Saya lagi-lagi jadi teringat kata mutiara seorang grand master catur : “Catur terlalu serius untuk diangap remeh namun juga terlalu remeh jika harus dianggap sesuatu yang serius.” Karena itu saya memutuskan berhenti bermain catur. Saya merasa tak bisa bermain lebih baik dari orang yang memang berbakat.

Banjir pada bulan Juli-Agustus di Filipina akhirnya berakhir. Bunga-bunga matahari mulai tersenyum lagi. Satu bulan kemudian, Ferdinand Marcos mengumumkan keadaan darurat.

Dan, segalanya terus memburuk sejak saat itu... (Conrado de Quiros, The Philippine Daily Inquirer) ***

Senin, 21 Januari 2008

Mengenang Fischer

Saya pertama kali menang melawan Bobby Fischer saat saya berhasil menukar benteng saya dengan ratu miliknya. Ini membuat keunggulan saya atas dirinya dalam hitungan setengah detik.

Namun akhirnya saya kalah. Dan saya tahu mengapa hal itu terjadi.

Sebab saya bertanding dengan Bobby Fischer.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Agustus 1971, saat Fischer tampil di turnamen catur cepat yang diadakan di Klub Catur Manhattan di pojok jalan Midtown.

Kala itu Fischer berhadapan dengan 11 master catur setempat dalam “permainan catur lima menit." Masing-masing pemain harus menyelesaikan seluruh langkahnya dalam waktu tersebut.

Dalam pertandingan pertamanya Fischer menghadapi pemain termuda di turnamen itu, yaitu saya. Saya sudah mengenal namanya sejak delapan tahun lalu namun tak pernah bermain.

Saya terpesona. Beberapa bulan sebelumnya, Fischer mengalahkan pecatur tingkat dunia dengan angka telak 6-0. Kemenangan itu sebelumnya tak pernah diduga. Sebelumnya malah banyak orang pesimis Fischer mampu mengalahkan pecatur kuat tersebut.

Setelah itu semua menduga ia akan memenangkan juara catur dunia dalam tempo kurang dari satu tahun. Dan, ia kemudian memang meraihnya.

Dalam pertandingan kami, saya memegang buah putih. Setelah enam langkah, belasan orang yang menyaksikan pertandingan ini segera tahu saya menggunakan pembukaan kesukaan Fischer untuk melawan dia.

Jari-jari panjang dengan kukunya yang terawat kemudian menghentikan manuver saya. Setelah 15 langkah, ia mulai mendapat keunggulan. Namun pada langkah ke-25 ia harus meninjau ulang taktiknya dan saya berhasil mendapat ratu miliknya untuk saya tukar benteng.

Akhir pertandingan masih amat kompleks dan saya baru menyedari: Laki-laki yang ada di meja seberang adalah seorang Bobby Fischer. Maka, tak ada yang mengejutkan pada langkah-langkah berikutnya.

Saya mengalami krisis waktu. Saya hanya memiliki waktu sisa hanya satu menit dan tak bisa bergerak leluasa lagi. Jarum jam di meja saya tinggal menyisakan 10 detik sebelum terjatuh saat saya menyalami dan mengakui kemenangan taktisnya.

Ia mengalahkan saya lagi, kali ini dengan mudah, dalam pertandingan kedua kami. Ia kemudian memenangkan turnamen itu dan saya menempati urutan kedua. Tapi apa yang terjadi jika saya masih memiliki waktu satu atau dua menit lagi? Apakah saya benar-benar akan mengalahkan Bobby Fischer? (Andy Soltis, The New York Post)

Bobby Fischer Wafat

Bobby Fischer, mantan juara dunia yang menumbangkan juara dunia catur asal Rusia Boris Spassky dalam pertarungan klasik di Era Perang Dinggin, wafat pekan lalu.

Anak ajaib yang sempat disebut sebagai Mozart catur ini, merupakan salah satu pemain terbesar dalam sejarah. Walau demikian prasangka anti-Semit membuat ia tenggelam beberapa tahun terakhir.

Fischer (64) mengalami gagal ginjal pada hari Kamis (19/1/2008) waktu setempat. Ia meninggal di rumahnya di Reykjavik, Iceland, tempat ia menghabiskan waktu selama 15 tahun terakhir.

Joseph Virovatz (85), adalah kawan akrab Bobby Fischer sejak tahun 1960-an. Joseph adalah salah satu korban pembantaian Yahudi oleh Hitler (holocaust) yang selamat. Dan ia masih mengingat, pada suatu hari di tahun 1961 ketika ia, Fischer dan Pal Benko, berkumpul di apartemen Benko.

“Hari itu sangat indah, matahari bersinar cerah di luar sana, namun Booby memilih duduk di tempat teduh seraya melontarkan pandangan ke arah Barat. Ia memang menyukai Barat, “ kenang Vitovatz saat ditemui The New York Times di toko caturnya, Village Chess Shop. Di tempat Virovatz masih berlatih catur cepat.

“Ia selalu ingin menjadi juara dunia catur, namun gagal,” tuturnya.

Tiga sahabat karib itu biasa menghabiskan petang bersama-sama. Sering kali, mereka makan di restoran Hungaria di pinggir jalan Second Avenue, Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Salah satu tempat yang kerap mereka kunjungi lainnya adalah Restoran Tip Top.

Saat makan bersama, Fischer tak hanya bicara soal catur, tapi juga hal lainnya. Misalnya buku yang baru ia baca dari koleksi komiknya, yang salah satunya adalah edisi pertama komik Superman.

Selain menghabiskan waktu dengan teman-temannya, Fischer juga kerap menghabiskan waktunya di Perpustakaan Umum New York. “Dia bisa menghabiskan waktu 12-14 jam untuk mempelajari permainan master-master tua catur pada periode 1850-an,” kata Virovatz.

Meski lahir di Chicago, Fischer belajar di Brooklyn dan menjadi seorang bintang di Manhattan. Ia biasa bermain di Washington Square Park dan Klub Catur Manhattan. Fischer pun menjadi anggota termuda klub catur itu ketika bergabung pertama kali pada usia 12 tahun di bulan Juni 1955. Klub itu tetap eksis di Manhattan sebelum akhirnya ditutup tahun 2002.

Di klub catur itu pula Fischer memulai debutnya dengan mengalahkan 12 pecatur senior yang melawannya secara bersamaan di klub itu.

Empat tahun kemudian Fischer masuk ke dalam sebuah kelompok yang menantang seorang master catur di sebuah pertandingan yang digelar di Perpustakaan Umum Brooklyn, Plaza Grand Army.

Setelah dikalahkan master itu dalam tempo kurang dari 15 menit, Fischer menangis tersedu-sedu. Tapi ia mendapat selamat dari Carmine Nigro, Ketua Klub Catur dan Pecatur Brooklyn.

Nigro pula menjadi kelak menjadi pelatih Fischer. Dengan bantuan Nigro, Fischer bisa menonton pertandingan antara pecatur Uni Sovyet dan Amerika Serikat yang digelar di Hotel Roosevelt Manhattan pada bulan Juni 1954.

Pada saat yang sama, ibu Fischer makin prihatin melihat obsesi anaknya pada catur. Ia malah pernah membawa anaknya menemui psikiater di Rumah sakit Brooklyn Jewish, dan sang dokter menyatakan rohani Fischer tak kurang satu apa.

Fischer lalu sekolah di SMA Hall Flatbush Avenue, yang kemudian membuat dia berkawan dengan Barbera Streisand. Tapi Fischer tak menyelesaikan pendidikan SMA-nya karena seluruh perhatiannya tertuju pada catur.

Selebihnya adalah sejarah. Dan kemarin, maestro catur itu telah berpulang….