Selasa, 19 Februari 2008

Obituari Bobby Fischer














Bobby Fischer, seorang pecatur antikemapanan, meninggal 17 Januari lalu, dalam usia 64 tahun.

The Economist

edisi 24 Januari 2008

Banyak orang datang untuk bertemu Bobby Fischer. Dan dia selalu siap menemui mereka. Dalam kopernya ia selalu menyimpan botol-botol berisi pil vitamin, obat herbal dan sebotol jus jeruk besar. Itu ia lakukan dalam upaya mengusir racun makanan yang biasa ia santap.

Benda-benda kenangan bersejarah miliknya –notasi pertandingan, album foto, surat dari Presiden Nixon—tersimpan aman di belakang laci penyimpanan yang memiliki dua kombinasi 10 angka di ruang khusus penyimpanan Pasadena, California.

Pada akhirnya, seperti yang ia ungkapkan saat menjadi host bincang-bincang radio di Hungaria dan Filipina, hal itu tak bisa menyelamatkan rahasianya dari Rusia, kaum Yahudi, atau “mata-mata CIA yang bekerja untuk Yahudi.” Namun, setidaknya, ia sudah mencoba.

Ia juga pernah mencoba berhenti main catur. Sebelum mendapat gelar juara dunia setelah menumbangkan Boris Spassky di Reykjavik tahun 1972, ia sempat menepis kamera TV dengan tangannya. Ia merasa sorot kamera itu terlalu terang, membuat pantulan cahaya di papan catur.

Fischer terus menolak dokumentasi TV sampai ia berhasil memenangkan pertandingan pertama dari tujuh kemenangan berturut-turutnya di hadapan penonton. Pada babak ketiga ia juga sempat mendesak menggunakan ruangan kecil, di mana ia bisa berpikir lebih tenang.

Ia memang selalu bermain bagus dalam suasana suram. Dalam pertandingan bersejarah itu, ia seperti mengalami kelahiran baru di alam semesta: ruang kaca Marshall Chess Club di New York City, ketika seorang bocah kabur dari sekolah untuk menghabiskan paginya membaca buku catur lama yang memuat pertandingan abad 19. Pada sebuah meja di Perpustakaan Umum New York, Fischer biasa tenggelam berjam-jam mendalami sejarah, pembukaan dan strategi catur.

Atau, saat ia berjalan-jalan ke rumah kerabat di kawasan Broklyn, tempat ibu dan saudara perempuannya tinggal, ia akan menyusun papan catur di samping kasur, hingga lupa matahari sudah lama tenggelam saat ia asyik melawan dirinya sendiri.

Jika anda bisa melihat ke dalam otaknya, seperti juga harapan lawan-lawan bermainnya, anda akan menemukan keutamaan penyerangan dan bertahan setiap saat ia melangkah. Mungkin, lewat sebuah gerakan langsung benteng atau manuver gajah/patih. Atau kombinasi keduanya seperti pembukaan favoritnya, pembukaan Ruy Lopez.

Atau melalui bayang-bayang ratu untuk melindungi setiap gerak pion dalam versi “beracun” Sisilia, atau ribuan varian lainnya. Di Reykjavik, saat Boris Spassky yang mendapat nasihat dari 35 grand master Rusia, Fischer hanya mengandalkan sebuah buku catatan dan tak memiliki penasehat ahli. Ia cuma bermodal tampang sedih serta kecerdasan pikiran. Dan, ia menang.

Kemenangan itu membuatnya menjadi pahlawan pada era perang dingin. Ia mewakili seorang pecatur individual kaya trik saat berhadapan dengan pecatur yang menjadi mesin kenegaraan. Dan Amerika berhasil mempermalukan Uni Sovyet dalam permainan favorit bangsa itu.

Permainan Fischer memang elegan dan kejeniusan sudah nampak pada masa mudanya: ia meraih gelar grand master pada usia 15 tahun dan 20 kali menang berturut-turut di tingkat kejuaraan dunia 1968-1971. Namun Fischer tetap saja seorang pecatur tampan yang antikemapanan.

Tujuan utamanya bermain catur, seperti sering Fischer ungkapkan, tidak hanya untuk memenangkan pertandingan. Tapi juga untuk menghancurkan pikiran lawan sebelum pikiran lawannya sempat menggeliat. Tujuan lainnya, dalam gaya hidup kapitalis, adalah untuk menjadi kaya raya.

Atas desakan Fischer pula, hadiah uang di kejuaraan dunia catur bertambah dari 1.400 $US menjadi 250.000 $US. Saat melakukan pertandingan ulang dengan Boris Spassky tahun 1992, yang juga ia menangkan, Fischer bisa mengantungi uang hingga 3,5 juta $US. Di beberapa turnamen catur sesudahnya, termasuk di Qatar atau Cesar Palace, ia juga menerima uang penampilan saat penonton melihat permainannya.

Mengikuti turnamen catur adalah cara Fischer. Apalagi setelah pada tahun 1975 ia menolak bertanding sehingga gelar juara dunia caturnya dicopot. Belakangan ia banyak membuat pernyataan kontroversial sehingga menambah deretan musuh baru baginya. Sampai-sampai menjelang akhir hidupnya, hanya pulau Islandia --yang terkenal dingin-- yang masih mau menerima kehadirannya.

Apa yang menjadi kesalahan utama Bobby Fischer sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Kombinasi kecerdasan dan disfungsi sosial pada masa kanak-kanak sempat membuat ia diduga menderita autis. Namun ia tumbuh seperti anak normal lainnya: menikmati komik Superman dan sering menonton pertandingan hockey.

Ia tumbuh di era tahun 1960 saat Gereja Tuhan Sedunia berkembang. Dari sini pula barangkali ia belajar membenci dan menolak kaum Yahudi, meski ia sendiri keturunan Yahudi. Ibu kandungnya keturunan Yahudi totok. Ibunya sempat membawa dia ke psikolog karena dianggap memiliki kelainan akibat perhatiannya pada catur, sampai-sampai Fischer selalu membawa papan catur ukuran saku di kantungnya saat makan malam keluarga.

Kemungkinan lain –seperti pernah disampaikan beberapa orang— ia gusar saat melihat sambutan dingin pemerintah Amerka ketika ia mengalahkan Spassky kedua kalinya dalam sebuah pertandingan ulang tahun 1992. Padahal ia harus bermain diam-diam alias penuh kerahasiaan di bekas negara Yugoslavia.

Fisecher pernah menyatakan pemerintah Amerika ”bertanggungjawab” bila ia mati. Ia juga menyebut serangan teroris tahun 2001 ke World Trade Center sebagai ”kabar bagus.” Setelah semua jasa-jasanya di dunia catur, untuk pertama kalinya, air dingin, bak menyapu jejak-jejak kebaikannya yang tertera di atas pasir.

Barangkali, pada akhirnya, kesulitan-kesulitan itu muncul karena: catur itu --seperti sering ia ungkapkan-- adalah kehidupan. Tidak yang lain.

Fischer memang tidak terlalu bagus untuk hal lain. Tidak pada saat ia duduk di bangku sekolah, tidak juga saat ia mengerjakan profesi lain. Ia juga tak pernah menikah. Ia hanya menaruh perhatian serius setiap menit hidupnya pada keberadaan 32 buah bidak catur di 64 kotak hitam-putih. Ia bermimpi memiliki sebuah rumah di kawasan Beverly Hills yang dibangunnya dari hasil memindahkan sebuah benteng.

Tanpa manafikan latar belakang ini, ia tetap salah satu pecatur dunia paling kreatif. Tak seorang pun bakal melupakan permainan caturnya yang mengambarkan taktik jenialnya.

Kebanyakan kejuaraan dunia sekarang, klaim Fischer, merupakan hasil penataan baru, membuktikan bahwa ”catur tua” sudah mati. Semua permainan tingkat tinggi kini mengarah ke hakekat catur.

Ia memperkenalkan sebuah versi baru, Fischer Random, saat buah hitam memiliki kans menang walau tertinggal satu langkah dari putih. Ya, garis itu kembali dihidupkan Fischer sekaligus mengingatkan aturan klasik catur: menyerang, bertahan, memakan, dan melakukan pengorbanan.

Kemenangan catur pada akhirnya adalah akumulasi seluruh upaya yang telah dikeluarkan. Dari sisi ini, dan dari peperangan yang ia kobarkan, Fischer tak pernah berusaha lari.

****

Tidak ada komentar: