Kecuali selama tiga tahun, antara tahun 1948-2000 pecatur Rusia selalu mendominasi gelar di Kejuaraan Dunia Catur. Pengecualian hanya terjadi pada tahun 1972 ketika pecatur Amerika Serikat (AS), Bobby Fischer –yang meninggal bulan lalu di Islandia pada usia 64 tahun— merampas gelar juara dunia dari Boris Spassky.
Saat kemenangan itu dirayakan sebagai sebuah era perubahan dominasi budaya Perang dingin, Fischer terus berada di puncak, sampai ia menolak mempertahankan gelarnya tahun 1975. Maka setelah tiga tahun gelar juara dunia kembali ke pecatur Rusia, Anatoly Karpov. Dominasi itu terus berlangsung hingga akhir abad 20.
Kemenangan panjang dan berturut-turut itu barangkali tak terlalu mengherankan. Bagi negara Uni Sovyet, catur adalah politik.
“Uni Sovyet memang bertujuan mendominasi catur dunia,” kata sejarawan plus guru catur yang tinggal di New York, Christopher Maksymowicz. “Tekad itu diumumkan sejak masa Joseph Stalin. Alasannya, hal itu merupakan wujud superioritas Uni Sovyet atas Barat, atas sistem kapitalisme.”
Tak mengherankan bila akademi-akademi catur kemudian tumbuh subur di Uni Sovyet, sehingga ada jaminan pada usia muda seorang pecatur sudah menjadi pemain andal. Sumber daya negara Uni Sovyet dimobilisasi besar-besaran guna mendukung juara dunia catur seperti Mikhail Botvinnik, Tigran Petrosian, dan Garry Kasparov. “Jika anda seorang pecatur handal, anda tak perlu hidup seperti rakyat biasa,” kata Maksymowicz.
Namun, berakhirnya era Perang Dingin berdampak juga pada dominasi catur yang disponsori negara Uni Sovyet. Sejak tahun 1990an, cucuran dana subsidi ke akademi catur mulai distop, akademi catur juga banyak yang ditutup.
“Perubahan politik di Rusia memiliki dampak begitu luas pada permainan catur. Banyak pecatur berbakat dan ahli catur kemudian memutuskan pindah ke seluruh pelosok dunia pada tahun-tahun itu,” kata Bill Hall, Direktur Federasi Catur AS. “Mereka memang tak bermaksud jadi terkenal di negara macam Afrika dan India. Tapi inilah saat yang tepat untuk bermain dan belajar bersama mereka. “
Diaspora pecatur itu kemudian memiliki dampak pada dominasi catur Rusia di tingkat dunia.
Juara dunia catur sekarang misalnya, Viswanathan Anand, adalah seorang penduduk asli India. Ia berhasil mengalahkan juara sebelumnya Alexander Khalifman pada tahun 2000. Namun tak lama kemudian gelar itu copot lagi. Anand baru erhasil meraih gelar yang dulu ia rebut itu pada 2007 saat ia berhasil mengalahkan Vladimir Kramnik. Pecatur India lainnya, Krishnan Sasikiran, sekarang tercatat di posisi ke-39 dalam daftar peringkat Federasi Catur Dunia (FIDE).
“Bagi standar pecatur non-Rusia, India sudah sangat bagus,” kata Anand seperti dikutip Financial Times edisi Januari.
Oleh karenanya, India memang harus berterimakasih pada Anand. Berkat Anand India sekarang memiliki kesempatan di catur dunia. Arvind Aaron dari Federasi Catur Seluruh India mengungkapkan saat Anand berhasil menyabet juara dunia pertamanya bulan Desember 2000 di Teheran Iran, catur “tidak masuk hitungan” sebagai rencana pengembangan olahraga di India.
“Pada musim panas 2001, akademi catur mulai bermunculan. Turnamen bagi pecatur muda juga digelar. Semua ini mendapat sambutan luar biasa dari seluruh India,” kata Aaron. “Ini berkat kemenangan Anand.”
Dominasi Rusia juga terputus di tingkat yunior. Pada tahun 2007, pecatur Mesir berusia 19 tahun, Ahmed Adly, menjadi warga Afrika pertama yang memenangkan gelar Juara Dunia Catur Yunior.
“Catur tidak populer di Mesir. Tugas utama saya sebagai juara dunia adalah menolong bangsa saya memahami keindahan catur,” kata Adly ke ChessBase News. “Impian saya sekarang adalah memopulerkan catur di Mesir.”
Beberapa tahun terakhir, China juga menghasilkan beberapa pecatur muda berbakat. Ang Yue, pemain paling top di China sekarang, memperoleh gelar Grandmaster (GM) saat usia 17 tahun. Sekarang pada usia 21 tahun, ia menempati peringkat 25 FIDE.
Pecatur muda China lainnya Wang Hao (19) kini juga tengah menapak. Ia sudah memperoleh gelar master internasional (MI), satu langkah menuju gelar GM. Hao kini tercatat di peringkat tiga pecatur yunior dunia.
Sama seperti halnya Sovyet, China kini mengadopsi pendekatan politik untuk mengembangkan bakat-bakat pecatur. Tak heran bila China kini keranjingan menjadi sponsor turnamen catur, termasuk mendatangkan grandmaster Rusia serta menyediakan hadiah uang cukup besar. Ini dilakukan China sebagai jalan pintas agar pecatur-pecatur belianya mendapat pengalaman di tingkat internasional.
Pendeknya, kekuatan catur dunia kini sudah mulai tersebar. Namun demikian Rusia masih menjadi acuan, jika tak mau dibilang masih sebagai pusat catur dunia.
Buktinya, delapan orang dari 10 pecatur top dunia menurut rangking FIDE masih datang dari bekas negara Uni Sovyet. Mayoritas peringkat 100 pecatur dunia juga masih didominasi nama-nama Rusia, meski kini tak lagi otomatis mereka berwarganegara Rusia.
Gata Kamsky, pemain catur top Amerika Serikat (AS), misalnya, adalah penduduk asli Siberia, Rusia. Grandmaster Spanyol Alexei Shirov, peringkat ke-7 dunia, lahir di Latvia, bekas wilayah Uni Sovyet.
“Maka, jangan kita lupakan bahwa Rusia masih mendominasi catur,” kata Aaron.
Migrasi pemain top Rusia selama tahun 1990 hingga awal 2000, secara tak sengaja turut mendorong perangkat yang memberi sumbangan bagi peta baru persaingan catur dunia: penggunaan perangkat lunak catur di komputer-komputer pribadi.
“Mesin catur” dengan nama seperti Fritz dan Rybka membuat para pengguna komputer pribadi belajar cepat tentang pembukaan, menganalisa kompleksitas posisi bidak, dan melatih pilihan strategi dalam catur cepat. Namun demikian, dampak positif dari program ini tak akan terasakan langsung tanpa diaspora atau penyebaran pecatur Rusia baru ke berbagai pojok dunia.
“Data komputer memiliki pengaruh besar. Anda sekarang bisa belajar tentang pembukaan baru dan mengalisa permainan. Program komputer ini dapat mengurangi kesalahan yang Anda buat,” kata Hall. “Teknologi ini bisa digunakan oleh siapa saja. Tergantung pada tingkat permainan yang Anda inginkan.”
“Inilah sebabnya mengapa sekarang bisa lahir seorang pecatur grandmaster dalam usia 12 tahun. Bobby Fischer sendiri baru mencapai gelar itu pada umur 15,” kata Maksymowicz. “Program Fritz untuk catur sama seperti halnya NASCAR bagi pengemar balapan.”
Agaknya, cepat atau lambat, ketika dunia berpikir tentang catur, mereka juga akan berpikir tentang India atau China sebelum berpikir tentang Rusia. Dan, barangkali mereka juga akan memikirkan Fritz... (AT/SM)
****